Tamu Yang Kecewa

Sahabatku yang Tercinta.....

Rasanya aku ingin segera pulang setelah menempuh perjalanan selama 21 hari sebagai tamu. Namun seringkali aku ditinggal sendirian, walau seringkali aku dikatakan tamu agung. Namun nyatanya, prilakumu terhadapku tidaklah luar biasa. Bahkan oleh-olehku yang sengaja aku bawa untukmu dari jauh, nyaris tak kau sentuh.
Read More

Al-qur'an hanya kau baca sekilas. Oleh-olehku yang satu ini kalah favorit dengan update status dalam androidmu, smartphone atau tontonan televisi yang menurutmu lebih mengasyikan dan melenakan. Sholat Tarawih tidak menarik minatmu, kalah bersaing dengan bayangan penampilan pada hari lebaran.

Tak banyak kau minta ampunan dari dosamu yang bertumpuk, karena kau sibuk dengan belanja dan bermain, padahal aku banyak membawa Maghfirah.. Siang dan malam tidak banyak dipakai dengan kebaikan, melainkan asyik buat acara dan buka bersama di kafe-kafe ataupun restoran mewah. Tidak pula banyak infaq dan shodaqoh karena khawatir uang tidak cukup buat mudik ataupun liburan/piknik sehabis lebaran.

Wahai sahabatku....

Rasanya aku seperti tamu yang tidak kau harapkan kedatangannya. Sepertinya engkau tidak akan merasa menyesal bila aku pergi bahkan terkesan senang atas kepergianku. Padahal aku datang dengan membawa kemuliaan, kebarokahan dan rahmat, yang seharusnya aku tidak pulang dengan hampa.

Sahabatku....

Percayalah, bila nanti aku pulang, belum tentu akan kembali bisa bertemu denganmu lagi, karena jatah hidupmu bisa jadi keburu habis, sehingga nanti engkau akan menyesal telah membiarkan aku terlantar.

Masih tersisa 9 hari lagi buat kita bersama. Semoga kau sadar sebelum aku benar-benar pamit pulang. Karena umurmu hanyalah cerita singkat yang wajib engkau pertanggungjawabkan dalam waktu yang panjang dan tak berujung.

Selamat muhasabah di bulan agung yang penuh pengampunan ini.....