Teks Berjalan

MARI MEMBIASAKAN YANG BENAR, BUKAN MEMBENARKAN YANG BIASA

Saturday, May 6, 2017

Sa'ad bin Abi Waqqash

Sa'ad bin Abi Waqqash masuk Islam ketika berusia 17 tahun dan keislamannya termasuk yang terdahulu diantara para sahabat. Hal ini pernah diceritakannya sendiri, katanya : "Pada suatu saat saya memperoleh kesempatan termasuk tiga orang pertama yang masuk Islam." Maksudnya adalah bahwa ia salah seorang diantara tiga orang yang paling dahulu masuk Islam.
Selengkapnya...Selengkapnya
Maka, pada hari-hari pertama Rasulullah SAW menjelaskan tentang Allah Yang Maha Esa dan tentang agama Tauhid yang dibawanya, dan sebelum beliau mengambil rumah al-Arqam untuk dijadikan tempat pertemuan sahabat-sahabatnya yang telah mulai beriman, Sa'ad bin Abi Waqqash telah mengulurkan tangan kanannya untuk bai'at kepada Rasulullah SAW.
Banyak sekali keistimewaan yang dimiliki oleh Sa'ad yang dapat ditonjolkan dan dibanggakan. Tetapi diantara semua itu, dua hal penting yang selalu menjadi dendang dan senandungnya. Pertama, bahwa dialah yang mula-mula melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Kedua, bahwa dia merupakan satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Ketika di waktu perang Uhud, beliau (Rasulullah saw bersabda : "Panahlah wahai Sa'ad ! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu...!"
Yah, kedua nikmat besar ini selalu menjadi dendangan Sa'ad buah syukurnya kepada Allah. Katanya, "Demi Allah, sayalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah..." Dan berkata pula Ali bin Abi Thalib ra, "Tidak pernah saya dengar Rasulullah menyediakan ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang, kecuali bagi Sa'ad.."
Sa'ad termasuk seorang kesatria berkuda Arab dan Muslimin yang paling berani. Ia mempunyai dua macam senjata yang sangat ampuh, yakni panahnya dan do'anya. Jika ia memanah musuh dalam peperangan,pastilah mengenai sasarannya, dan jika ia menyampaikan suatu permohonan kepada Allah, pastilah dikabulkanNya.
Menurut Sa'ad dan juga para sahabatnya, hal itu adalah disebabkan do'a Rasulullah juga bagi pribadinya. Pada suatu hari ketika Rasulullah menyaksikan dari Sa'ad sesuatu yang menyenangkan dan berkenan di hati beliau, lalu diajukanlah do'a maqbul ini :
"Allahumma saddid romyatahu waajib da'watahu." 
Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah do'anya..
Demikianlah ia terkenal dikalangan saudara-saudara dan handai tolannya bahwa do'anya bagai pedang tajam. Hal ini juga disadari sepenuhnya oleh Sa'ad sendiri hingga ia tak akan berdo'a  jika hal itu akan berakibat merugikan  seseorang atau bagi orang lain kecuali dengan menyerahkan urusannya kepada Allah Ta'ala.
                   *****
Suatu ketika di masa Khalifah Umar bin Khatthab ra, berita datang secara beruntun menyatakan bahwa serangan secara licik yang dilancarkan oleh angkatan bersenjata Persi terhadap Kaum Muslimin, amat menggelisahkan hati Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab. Disusul kemudian dengan berita pertempuran Jembatan, dimana empat ribu orang dipihak Kaum Muslimin gugur sebagai Syuhada dalam waktu sehari, dan begitu pula pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Irak terhadap perjanjian-perjanjian yang mereka perbuat , serta ikrar yang mereka akui, menyebabkan Khalifah mengambil keputusan untuk pergi dan memimpin sendiri tentara Islam dalam perjuangan bersenjata melawan pasukan Persi.
Bersama beberapa orang sahabat dan dengan menunggang kendaraan, berangkatlah ia dengan meninggalkan Ali karramallahu wajhah di Madinah sebagai wakilnya. Akan tetapi, belum seberapa jauh meninggalkan kota, sebagian anggota rombongan berpendapat dan mengusulkan agar ia kembali dan memilih salah seorang diantara para sahabat untuk melakukan tugas tersebut.
Usul ini diprakarsai oleh Abdurrahman bin Auf yang menyatakan bahwa dengan ikut sertanya Umar bin Khatthab sama saja dengan menyia-nyiakan nyawa Amirul Mu'minin. Sementara Islam sedang menghadapi hari-harinya yang menentukan.
Umar pun menyuruh Kaum Muslimin berkumpul untuk bermusyawarah dan diserunya "Asshalata jaami'ah" dan Ali  pun dipanggil untuk datang, yang bersama beberapa orang penduduk Madinah berangkat menuju tempat perhentian Amirul Mu'minin.
Akhirnya tercapailah mufakat sesuai dengan apa yang diusulkan Abdurrahman bin Auf fan peserta musyawarah memutuskan agar Umaar kembali ke Madinah dan memilih seorang Panglima lain yang akan memimpin peperangan menghadapi Persi.
Amirul Mu'minin tunduk pada keputusan ini, lalu menanyakan kepada para sahabat, siapa kiranya orang yang akan dikirim ke Irak itu. Mereka berfikir mencar-cari siapa kiranya yang pantas untuk memimpin pasukan ini nantinya. Tiba-tiba berserulah Abdurrahman bin Auf : "saya telah menemukan orangnya...!"
"Siapa dia ?" tanya Umar.
"Singa yang menyembunyikan kukunya, yaitu Sa'ad bin Malik az-Zuhri !" ujar Abdurrahman bin Auf.
Pendapat ini sepenuhnya disokong oleh para sahabat dan Kaum Muslimin lainnya. Kemudian Amirul Mu'minin meminta datang Sa'ad bin Malik az-Zuhri yang bukan lain adalah Sa'ad bin Abi Waqqash. Lalu Amirul Mu'mini Umar mengangkat Sa'ad bin Abi Waqqash sebagai Amir atau Gubernur militer di Irak yang bertugas mengatur pemerintahan sekaligus sebagai panglima tentara.
Dan inilah tokoh yang dipilih oleh Amirul Mu'minin Umar untuk memimpin pertempuran Qadisiyah yang dasyahat. Mengapa pula Umar memilihnya untuk melaksanakan tugas yang paling rumit yang sedang dihadapi Islam dan Kaum Muslimin saat itu, karena keistimewaannya terpampang jelas dihadapan Amirul Mu'minin.
- Ia adalah orang yang maqbul do'anya.
- Ia seorang yang hati-hati dalam makan, terpelihara lisannya, dan suci hatinya.
- Ia salah seorang anggota pasukan berkuda di perang Badar, perang Uhud dan perjuangan bersenjata lainnya yang diikutinya bersama Rasulullah SAW.
- dan satu lagi yang tak dapat diabaikan harga, nilai dan kepentingannya dan harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak melakukan tugas penting yakni kekuatan dan ketebalan iman.
Satu hal lagi yang Umar tidak dapat melupakan Sa'ad dengan ibunya sewaktu ia masuk Islam dan mengikuti Rasulullah saw... Ketika itu segala usaha ibunya untuk membendung dan menghalangi puteranya dari agama Allah mengalami kegagalan. Maka ibunya menempuh segala cara yang tak dapat tidak, pasti akan melemahkan semangat Sa'ad dan akan membawanya kembali ke pangkuan agama berhala dan kaum kerabatnya.
Wanita itu menyatakan akan mogok makan dan minum sampai Sa'ad berada kembali ke pangkuan agama nenek moyang dan kaumnya. Rencana itu dilaksanakannya dengan tekad yang luar biasa. Wanita itu tak menjamah makanan dan minuman hingga hampir menemui ajalnya.
Tetapi Sa'ad tetap tidak terpengaruh oleh hal tersebut dan tetap teguh pada pendiriannya. Ia tak ingin menjual agama dan keimanannya dengan apapun bahkan dengan nyawa ibunya sekalipun.
Sewaktu keadaan ibunya telah mencapai titik kritis, beberapa orang keluarganya membawa Sa'ad kepadanya untuk menyaksikan terakhir  kalinya, dengan harapan hati Sa'ad jadi lunak jika melihat keadaan ibunya dalam keadaan sekarat.
Sesampainya di rumah orang tuanya, Sa'ad menyaksikan suatu pemandangan yang sangat menghancurkan luluhkan hatinya yang bagaikan batu karang dan baja. Tapi keimanannya terhadap Allah dan Rasul-Nya mengatasi baja dan batu karang manapun juga. Didekatkanlah wajahnya ke wajah ibunya seraya berkata dengan suara keras agar terdengar oleh ibunya..
"Demi Allah, ketahuilah wahai bunda, seandainya bunda mempunyai seratus nyawa, lalu ia keluar satu persatu, ananda tidak akan meninggalkan agama Islam walau ditebus dengan apapun juga, maka terserahlah kepada bunda, apakah bunda akan makan atau tidak...!"


Bersambung ......

               -----oo0oo-----

No comments:

Post a Comment