Teks Berjalan

MARI MEMBIASAKAN YANG BENAR, BUKAN MEMBENARKAN YANG BIASA

Saturday, May 13, 2017

Sa'ad bin Abi Waqqash part 3 (tamat)

Di pertempuran Mada-in, Sa'ad benar-benar mencapai prestasi tinggi. Pertempuran ini terjadi kira-kira dua setengah tahun setelah pertempuran Qadisiyah. Sementara perang berlangsung secara kecil-kecilan antara Persi dan Kaum Muslimin dan akhirnya semua sisa tentara Persi terhimpun di kota-kota Mada-in saja tengah bersiap-siap menghadapi pertempuran terakhir yang menentukan.
https://catinfoku.blogspot.co.id
Sa'ad menyadari bahwa situasi medan dan musim menguntungkan pihak penentang Islam, karena antara pasukannya dan Mada-in terbentang sungai Tigris yang lebar, alirannya sangat deras dan kebetulan sedang banjir hingga permukaan sungai meluap-luap.
Tetapi meskipun demikian, dengan teguh hati ia tetap memutuskan untuk memulai serangan umum itu saat itu juga, karena menurut perhitungannya, bahwa mental pasukan musuh sedang menurun. Keimanan Sa'ad dan kepekatan hatinya akan nampak menonjol ketika menghadapi bahaya apapun juga, hingga dapat mengatasi barang mustahil berkat keberanian yang luar biasa.
Demikianlah Sa'ad mengeluarkan perintah kepada pasukannya untuk menyebrangi sungai Tigris. Sebelum tentara menyebrangi sungai tersebut, panglima Sa'ad menyadari pentingnya pengamanan seberang sungai yang hendak dicapai yakni daerah yang ada dalam pengawasan dan kekuasaan musuh.
Sa'ad membentuk dua kompi pasukan. Yang pertama kompi 'Sapu Jagat' yang dipimpin oleh Ashim bin Amr dan kompi kedua 'Gerak Cepat' dengan komandannya Qa'qa bin Amr.
Tugas dari kedua kompi ini menerjuni bahaya dan meretas jalan yang aman menuju pinggir sebelah yang berada dalam kekuasaan musuh dan melindungi induk pasukan yang akan mengiringi dari belakang. Mereka melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga siasat yang dilakukan Sa'ad berhasil gemilang dan sangat mengagumkan bagi para ahli sejarah.
Bahkan saking kagumnya, Salman al-Farisi, yaitu teman dan kawan seperjuangannya dalam pertempuran itu  juga hampir-hampir tak percaya akan hasil yang dicapai itu hingga ia menepukkan kedua tangannya karena takjub dan bangga seraya katanya ;
"Agama Islam masih baru... Tetapi lautan telah dapat ditaklukan, sebagaimana daratan telah mereka kuasai. Demi Allah yang nyawa Salman berada dalam tangan-Nya, pastilah mereka akan dapat keluar dengan selamat daripadanya berbondong-bondong, sebagaimana mereka telah memasukinya dengan berbondong-bondong...."
Dan benarlah apa yang dikatakannya itu...
Mereka terjun kedalam sungai gelombang demi gelombang dan begitu pula mereka keluar dari sungai gelombang demi gelombang. Tak satupun prajurit yang hilang atau terbawa hanyut. Sa'ad memerintahkan Kaum Muslimin membaca ; "Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Ni'mal Maula Wa Ni'man Nasyir"..  Cukuplah Allah sebagai Penolong dan Dialah sebaik-baik Pelindung.. Lalu dikerahkanlah kudanya menerjuni sungai yang diikuti oleh orang-orangnya, hingga semua sampai diseberang dan tak satupun diantara anggota pasukan yang tertinggal.
                                      *****
Ketika Sa'ad diangkat oleh Umar sebagai amir di wilayah Irak, ia mulai melakukan pembangunan dan perluasan kota. Kota Kufah diperbesar dan diumumkanlah hukum Islam serta dilaksanakan di daerah yang luas itu. Namun karena suatu hal, Khalifah Umar memanggil Sa'ad untuk menghadap kepadanya. Sa'ad brangkat ke Madinah untuk menghadap. Setelah beberapa lama, Amirul Mu'minin Umar hendak mengembalikan Sa'ad kembli ke Kufah namun Sa'ad menolak dan memilih tinggal di Madinah.
Ketika Amirul Mu'minin dicederai orang, dipilihnyalah enam orang diantara sahabat-sahabat Rasulullah saw yang akan mengurus soal Khalifah baru dengan mengemukakan bahwa keenam orang yang dipilihnya itu adalah terdiri dari orang-orang yang diridloi Rasulullah saw sewaktu beliau akan berpulang ke Rahmatullah. Maka diantara sahabat yang enam itu terdapat Sa'ad bin Abi Waqqash. Bahkan dari kalimat-kalimat Umar yang akhir terdapat kesan bahwa seandainya ia hendak memilih salah seorang diantara mereka, maka pilihannya akan jauh pada Sa'ad...
Sewaktu Umar memberi wasiat dan mengucapkan salam perpisahan dengan sahabat-sahabatnya, Umar berkata ; "jika khalifah dijabat oleh Sa'ad, demikianlah sebaiknya... Tapi jika dijabat oleh yang lainnya, hendaklah ia menjadikan Sa'ad sebagai pendampingnya..!!"
Sa'ad mencapai usia lanjut. Dan tibalah saat terjadinya fitnah besar, akan tetapi Sa'ad tidak ingin mencampurinya. Bahkan kepada keluarga dan putra-putranya ia berpesan agar tidak menyampaikan suatu berita apapun mengenai hal itu kepadanya.
Suatu ketika pada saat perhatian orang sama-sama tertuju kepadanya dan anak saudaranya yang bernama Hasyim bin Utbah bin abi Waqqash datang kepadanya seraya berkata ; "Paman, disini telah siap seratus ribu bilah pedang yang menganggap bahwa pamanlah yang lebih berhak mengenai urusan khilafah ini..."
Tetapi jawab Sa'ad ; "Dari seratus ribu bilah pedang itu, saya inginkan sebilah pedang saja, jika saya tebaskan kepada orang Mu'min, maka tak'kan mempan sedikitpun juga, tetapi bila saya pancungkan kepada orang kafir, pastilah putus batang lehernya..."
Mendengar jawaban itu, maklumlah anak saudaranya itu akan maksudnya dan membiarkan  pamannya dalam damai dan tak hendak bercampur tangan.
Dan tatkala akhirnya khilafah itu jatuh ke tangan Mu'awiyah dan kendali kekuasaan berada ditangannya, ditanyakan kepada Sa'ad, katanya ; "Mengapa anda tidak ikut berperang di pihak kami ?"
Ujarnya ; "Saya saedang lewat di suatu tempat yang dilanda taufan berkabut gelap, Maka kataku ; Hai saudara... hai saudara, lalu saya henikan kendaraan menunggu jalan terang kembali.."
Kata Mu'awiyah pula ; "Bukankah dalam al-Qur'an tak ada, hai saudara...hai saudara..! Hanya firman Allah Ta'ala ; "Jika diantara orang-orang Mu'min ada dua golongan yang berbunuhan, maka damaikanlah mereka ! Seandainya salah satu diantara kedua golongan itu berbuat aniaya kepada yang lain, maka perangilah yang berbuat aniaya itu sampai mereka kembali kepada perintah Allah...!!"  (QS al-Hujurat : 9)
Jawab Sa'ad pula ; "maka anda bukanlah dipihak yang aniaya terhadap pihak yang benar, dan bukan pula di pihak yang benar terhadap golongan yang aniaya...! Saya tak hendak memerangi seorang laki-laki (maksudnya, Ali bin Abi Thalib) yang mengenai dirinya Rasulullah pernah berkata ;"Engkau disampingku, tak ubahnya seperti kedudukan Harun disamping Musa, tetapi engkau bukan Nabi. Tak ada lagi Nabi setelahku...".
Sa'ad berusia lebih dari 80 tahun. Ia wafat pada tahun 54 H. di rumahnya di Aqiq. Selamat jalan Sa'ad. Selamat jalan wahai pahlawan Qadisiyah, pembebas Mada-in dan pemadam api pujaan di Persi....!!

                                       -----oo0oo-----


Sumber : Karakteristik perihidup enamp puluh sahabat Rasulullah
                  oleh Khalid Muh. Khalid
                  Penerbit : CV Diponegoro, Bandung 

No comments:

Post a Comment