Teks Berjalan

MARI MEMBIASAKAN YANG BENAR, BUKAN MEMBENARKAN YANG BIASA

Friday, May 12, 2017

Sa'ad bin Abi Waqqash part 2

Pada bagian pertama dikisahkan bagaimana kegigihan dan ketebalan iman dari seorang pemuda Sa'ad dalam mempertahankan agama barunya yang diyakini sangat sempurna yaitu Islam.
Ketika itu ibunya yang sedang sekarat karena mogok makan.  Namun keimanan Sa'ad tak diragukan lagi. Didekatkannyalah wajah Sa'ad ke wajah ibunya dan dikatakannya dengan suara keras agar terdengar oleh ibunya ;
"Demi Allah, ketahuilah wahai bunda, seandainya bunda mempunyai seratus nyawa, lalu keluiar satu persatu, tidaklah ananda akan meninggalkan Agama ini walau ditebus dengan apapun juga, maka terserah kepada bunda, apakah bunda akan makan atau tidak.....!!
Selengkapnya..https://catinfoku.blogspot.co.id

Akhirnya ibunya menyerah dan turunlah wahyu menyokong pendirian Sa'ad serta mengucapkan selamat kepadanya... Firman Allah swt dalam surat Luqman ayat 15, yang artinya ; "Dan seandainya kedua orang tua memaksamu untuk mempersekutukan Aku, padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya...!" ( QS Luqman : 15 ).
Nah, itulah Sa'ad, 'singa yang menyembunyikan kukunya'. Kuat dan perkasa dalam membela keyakinannya. Maka pantaslah Amirul Mu'minin Umar dengan tenang mamancangkan panji-panji Qadisiyah ditangan kanannya dan mengirimnya untuk menghalau pasukan Persi yang jumlah tidak kurang dari seratus ribu orang prajurit terlaltih dengan persenjataan lengkap waktu itu plus ahli perang dan strategi dan ahli-ahli siasat yang cerdik dan licik.
Menghadapi musuh yang menakutkan ini, Sa'ad membawa pasukan tidak lebih dari tiga puluh ribu mujahid yang hanya menggenggam senjata panah dan tombak. Namun para mujahid ini tidak gentar menghadapapi semua ini karena dalam dada mereka merindukan syahid.
Dan tibalah saatnya kedua pasukan itu bertemu. Tetapi sebelum pertempuran itu terjadi, Sa'ad masih menuggu bimbingan dan arahan dari Amirul Mu'minin Umar dengan mengirimkan surat setiap hari. Meskipun dalam situasi perang dan jarak yang jauh tetapi Sa'ad tidak ingin kehilangan berkah dan manfaatnya musyawarah demi kebaikan dirinya dan pasukannya.
Sa'ad maklum, bahwa di Madinah, Amirul Mu'minin Umar, tidaklah mengambil keputusan sendiri. tetapi pastilah ia bermusyawarah dengan orang-orang disekelilingnya dengan para sahabat yang lain. Apalagi Sa'ad tahu benar bahwa pusat komando itu dipimpin langsung oleh Umar al-Faruk pembangkit ilham dan inspirasi.
Pesan Amirul Mu'minin dilaksanakan oleh Sa'ad. Dikirimnya serombongan sahabat-sahabatnya untuk menyampaikan serangkaian pesan kepada panglima Persi, Rustum. Dan setelah bertemu dan menyampaikan pesan kepada panglima Rustum, para sahabat itu kembali kepada panglima pasukan Islam, Sa'ad dan menyampaikan pesan dari Rustum bahwa tidak ada pilihan lain kecuali perang.
Panglima Sa'ad merasa sedih. Ia berharap seandainya pertempuran itu dapat diundurkan atau dimajukan sedikit waktu mungkin ia dapat bergerak leluasa. Ketika  itu, ia sedang sakit. Bisul-bisul bertonjolan disekujur tubuhnya. Seandainya pecah perang itu terjadi saat ia telah sembuh, mungkin ia dapat menunjukan prestasi yang gemilang. Namun saat ini..... Tapi tidak...., Rasulullah saw, telah mengajarkan kepada mereka supaya tidak mengatakan "seandainya", karena kata-kata itu menunjukan kelemahan. Sedangkan orang Mu'min yang kuat tidak pernah kehabisan akal dan tidak pula lemah.
Maka, bangkitlah "singa yang menyembunyikan kukunya" itu lalu berdiri dihadapan para prajuritnya san menyampikan pidatonya yang berapi-api dengan tidak lupa mengutip ayat yang mulia ini yang artinya :
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Telah Kami cantumkan dalam Zabur setelah sebelumnya telah Kami catat dalam (Lauh Mahfudh) peringatan bahwa ; bumi itu diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih". ( QS al-Ambiya : 105 ).
Setelah selesai menyampaikan pidatonya, Sa'ad melaksanakan shalat dhuhur bersama para prajuritnya, kemudian sambil menghadap kepada mereka, ia mengucapkan takbir ; Allaahu Akbar.... Allaahu Akbar.... Allaahu Akbar. Alampun gemuruh dan bergema dengan suara takbir dan sambil mengulurkan tangan kanannya ke depan, bagaikan anak panah yang dilepas dari busurnya, Sa'ad maju dan berseru kepada anak buahnya ; "marilah maju dengan berkat dan rahmat dari Allah....!!"
Suaranya yang berwibawa, penuh dengan kemauan dan semangat baja, menyebabkan masing-masing prajurit itu berubah jadi kesatuan yang utuh. Dengan menabahkan diri, menanggung sakit yang dideritanya, panglima Sa'ad maju berperang bersama tentaranya. Bisul-bisul pecah berletusan, tetapi tidak ia pedulikan. Ia terus berseru dan bertakbir memberi semangat kepada anak buahnya.
Maka berjatuhanlah para tentara Persi, tak ubahnya bagaikan lalat-lalat yang berkaparan, dan rubuhlah bersama mereka keberhalaan dan pemujaan api. Diantara tewasnya para tentara Persi itu, tewas pula panglima besar mereka beserta dengan prajurit-prajurit pilihan, sisa-sisa prajurit lainnya pontang panting melarikan diri. Mereka dikejar dan dihalau oleh tentara Islam sampai ke Nahawand lalu ke Madain, ibu kota dari pasukan Persi. Pasukan Mujahid terus mengejar dan memasuki ibu kota itu untuk merampas kursi singgasana dan mahkota Kisra, yang menjadi lambang keberhalaan.

                         -----oo0-----

Bersambung.....

No comments:

Post a Comment